TwitterTwitter FacebookFacebook FlickrFlickr RSSRSS

Friday, July 07, 2006

Bikin Sinetron Yuk!

Ternyata ada cara gampang untuk buat sinetron. Yang utama dari sebuah sinetron adalah judul dan jalan ceritanya. Bagi orang dengan banyak ide, mudah saja untuk membuat cerita sinetron. Terlebih lagi bagi para pengarang, tinggal tuangkan saja ide yang ada ke dalam sebuah cerita. Tapi bagaimana bagi yang cekak ide? Gampang, ikuti tips di bawah ini:

  1. Ambil alur cerita yang mudah dimengerti oleh para penonton
  2. Pasang target usia penonton, bagi penonton usia remaja, tentu berbeda alur ceritanya dengan penonton dewasa
  3. Untuk penonton dari kalangan ibu rumah tangga, cerita mengenai rumah tangga dengan adanya orang ketiga adalah hal yang menarik
  4. Untuk usia remaja, ambil alur cerita seputar si A pacaran dengan si B. Si B hamil, A ogah tanggung jawab
  5. Selalu bikin penonton terpesona dengan rumah mewah si A, mobil Mercedes keluaran terbaru si C
  6. Jauhi alur cerita yang berkisah tentang kemiskinan, tidak akan menyentuh hati penonton. Sudah ada Reality Show seperti “Lunas”, “Rejeki Nomplok”, atau “Pulang Kampung” untuk cerita seperti itu.
  7. Penonton Indonesia itu bodoh, jadi harus jelas mengekspresikan suatu adegan. Contoh, selalu gunakan adegan menangis untuk menunjukan kesedihan, dan gunakan adegan mata melotot serta bentak-bentakan untuk adegan marah
  8. Jangan pusing-pusing dengan judul sinetron, ikuti saja perkembangan musik Indonesia, cari lagu yang lagi ngetop, ambil judul lagu tersebut sebagai judul sinetron
  9. Jadikan lagu tersebut menjadi soundtrack sinetron
    Ambil cerita tentang makhluk gaib seperti jin, ibu peri, tuyul, ataupun barang-barang yang punya kekuatan gaib seperti cincin yang dipakai bisa ngilang atau bajaj yang bisa terbang
  10. Kalau cari peran penjahat, pakaikan kostum jaket kulit dan kacamata hitam bagi bosnya penjahat. Untuk anak buahnya, cari orang botak, brewok, dengan tato di kedua lengannya. Jangan kasih jaket, cukup pakai kaus singlet saja
  11. Munculkan peran polisi selalu hanya di akhir cerita setelah penjahatnya tertangkap atau dijebak oleh tokoh utama. Jangan di awal atau pertengahan cerita, hanya merusak kehebatan tokoh utama saja