TwitterTwitter FacebookFacebook FlickrFlickr RSSRSS

Tuesday, April 26, 2011

Saat Iblis Bertamu Ke Rumah Tuhan

Siang itu, matahari terik bersinar di suatu tempat di muka bumi, tampak berjalan tenang sesosok iblis menuju rumah Tuhan. Iblis kemudian duduk di antara manusia-manusia yang juga hendak menghadap Sang Maha Pencipta. Tak lama kemudian, iblis pun segera menyampaikan maksud dan tujuannya datang menghadap.


Wahai Tuhan, raja alam semesta yang menggenggam hati setiap mahluk. Aku tahu dan sangat faham bahwa Engkau mengetahui apa maksud kedatanganku, tapi perkenankan aku mengutarakannya pada-Mu. Aku adalah pemimpin para iblis di regional Indonesia. Aku kemari hendak melaporkan kemajuan dalam menepati janji kami dahulu pada-Mu yaitu menjerumuskan manusia ke dalam neraka jahanam untuk mendampingi kami yang kelak akan kekal disana.

Aku berterima kasih pada-Mu karena menempatkan aku di Indonesia, sebuah negeri beroktan tinggi yang masyarakatnya sangat mudah dihasut , dijerumuskan, dan disesatkan. Sebuah tempat heterogen, multi etnis, yang berpotensi besar menjadi biang konflik dalam berbagai hal. Tempat inilah surgaku sebelum aku menyambut siksamu kelak. Wahai Tuhan, ada beberapa hal yang aku akan laporkan pada-Mu, tentang prestasiku yang mungkin tidak dicapai oleh para iblis di belahan bumi lainnya. Iblis pun tersenyum.

Pertama, aku sudah berhasil memutuskan urat malu masyarakat Indonesia. Mereka sekarang sudah tidak malu lagi untuk melakukan berbagai kesalahan, baik kecil maupun besar. Jika di belahan bumi lain mereka yang melakukan kesalahan akan mundur dari jabatan/posisinya dan meminta maaf, maka di sini aku mampu membuat mereka bertahan dengan berbagai alasan. Bahkan, aku telah memberikan konsultasi gratis pada mereka agar mampu berargumen atas kesalahan dan gengsi meminta maaf.

Saat ini bangsa Indonesia tidak malu lagi menjadi bangsa peminta-minta. Dan ini terjadi di pelbagai lapisan dan elemen masyarakat. Engkau sangat tahu wahai Tuhan, pengemis berlimpah ruah disini, mulai dari pengemis kelas kakap sampai pengemis kelas teri, karena aku sudah tanamkan sifat malas dalam diri mereka.

Kedua, wahai Tuhan, aku sudah mampu membuat bangsa ini menjadi bangsa lembek. Disetiap cobaan dan bencana yang Engkau datangkan, aku membuat mereka menyalahkan-Mu atas apa yang menimpa mereka. Kemudian, aku ekspos secara besar-besaran duka mereka agar mereka memiliki jiwa yang rapuh dan lemah. Akhirnya Tuhan, aku senang karena berhasil membuat mereka selalu menyalahkan-Mu atas berbagai keadaan yang ada pada diri, keluarga, maupun kelompoknya tanpa pernah mau berusaha bangkit dari keterpurukan.

Ketiga, wahai Tuhan, aku telah berhasil memisahkan kehidupan dunia mereka dan kehidupan spiritualnya. Ketika mereka berada di lingkungan kerja maka mereka berkata “Ini urusan dunia, jangan bicara spiritualitas”. Lalu, ketika bereka berada di lingkungan peribadatan maka mereka berkata “Jangan bicara masalah dunia yang kotor karena disini tempat beribadah yang suci”. (Haha… Iblis tertawa) Mereka lupa bahwa seluruh kehidupan mereka di dunia adalah dalam rangka ibadah kepada-Mu. Jadi mohon maaf Tuhan, jika di Indonesia ini banyak sekali orang yang mengaku beriman pada-Mu, namun korupsi dan berbagai macam tindak kejahatan lainnya semakin marak dari hari ke hari.

Keempat, aku sudah berhasil masuk ke setiap keluarga Indonesia. Tidakkah Engkau perhatikan bahwa angka perceraian dan perselingkuhan semakin tinggi saat ini? Aku berhasil menghasut para suami dan istri untuk tidak saling setia atau membuat mereka terlihat baik di depan pasangannya padahal berbuat curang dibelakangnya. Aku membuat para orang tua tidak mampu mendidik anak-anaknya untuk mengenal dan dekat pada-Mu.

Wahai Tuhan, lihatlah kasus Almira di Jawa Timur baru-baru ini. Seorang bayi perempuan berusia 18 bulan yang digigit bibirnya. Kemudian, ia dibunuh oleh ayahnya dengan cara disumpal menggunakan kain setelah sebelumnya diikat tangan kakinya menggunakan tali rafia. Semua itu hanya karena Almira menangis kelaparan disaat ibunya tengah menanak nasi. Aku sudah berhasil membuat para orang tua lebih kejam dan lebih hina dari semua mahluk-Mu bahkan binatang sekalipun.

Kelima, aku sudah buat mereka semakin materialistis, memandang segala sesuatu hanya dari sudut pandang materi. Lihatlah, wahai Tuhan, para hamba-Mu yang berkeliaran di muka bumi itu. Bagaimana cara mereka mendapatkan harta itu? Saling sikut, adu jotos, saling fitnah, dan tak jarang caci maki terlontar dari mulutnya. Adakah mereka santun menyambut rizki dari-Mu?

Lihatlah bagaimana para lelaki melihat wanita. Tak jarang, syahwat sesaat karena fisik lebih dikedepankan daripada hati. Lihatlah pula apa yang dicari oleh wanita dari seorang lelaki. Hehe… Wahai Tuhanku Yang Maha Lembut, begitu mudahnya aku menggelincirkan mereka karena Engkau ciptakan aku mampu memberi bisikan ke hati setiap manusia.

Keenam, di pemerintahan, aku beserta tim iblis lainnya berhasil membuat para pemimpin bangsa ini egois dengan lebih mementingkan kepentingan pribadi, keluarga, atau kelompok yang mendukung tujuannya. Aku buat mereka bisu disaat masyarakat perlu dukungan. Dan aku buat mereka tuli disaat terjadi pertikaian maupun pertentangan di tengah masyarakat.

Para tokoh bangsa dan agama pun sudah aku susupi dengan berbagai kepentingan politik sehingga masyarakat Indonesia sudah kehilangan panutan dan tempat bertanya. Aku buat para pemimpin dan tokoh tak mau diingatkan atau ditegur serta lupa diri dengan jabatan dan ilmu pengetahuannya. Sehingga mereka lupa bahwa mereka hanyalah hamba-Mu yang tak luput juga dari kesalahan.

Ini yang ke tujuh, wahai Tuhan. Aku berhasil mengaburkan segala hal tentang agama-Mu. Aku telah membuat nabi-nabi palsu diantara manusia serta membuat mereka serasa mendekat pada-Mu. Padahal, mereka semakin jauh dari-Mu. Aku bisa membuat manusia berteriak dengan lantang menyebut dan mengagungkan nama-Mu. Namun, mereka merusak dan menyakiti mahlukmu yang lainnya.

Aku bisa membuat manusia menyerukan ajaran-Mu dan disaat lain mereka sendiri yang melanggarnya. Akulah iblis, wahai Tuhan, yang telah membuat sifat manusia sama seperti sifatku. Yang merasuk ke hati manusia dan membuatnya busuk. Yang selalu mampu menggelincirkan hati manusia disetiap kebaikannya. Dan, akulah yang membuat keadaan Indonesia ini tidak tenang apalagi nyaman dengan berbagai pertikaian dan permasalahan sosialnya.

Wahai Tuhanku, Yang abadi dan tak pernah tidur. Dahulu, Engkau ciptakan aku dengan kemuliaan dan Engkau tempatkan aku lebih tinggi daripada malaikat. Engkau telah janjikan neraka padaku maka aku pastikan akan mengumpulkan sebanyak-banyaknya anak cucu Adam untuk menemaniku. Aku memang belum 100% berhasil karena ternyata masih banyak juga yang sangat sulit aku kendalikan. Oleh karenanya, aku akan teruskan teror di muka bumi dan tak akan pernah peduli akan kapan datangnya hari pembalasan. Toh, aku telah tahu kemana kelak kembaliku. (Iblis tersenyum). Akhir kata, wahai Tuhan. Aku membawa sesuatu ke rumahmu, sebuah hadiah yang sedang dibawa oleh kurirku. Engkau sudah tahu hadiah apa itu Tuhan.

Tepat setelah kutbah Jum’at selesai dan imam membaca takbiratul ikhram, bom meledak. Paku terlontar ke berbagai arah di dalam masjid Adz-Dzikra Mapolresta Cirebon, Jawa Barat pada 15 April 2011. Kurir iblis yang membawa bom meninggal seketika dengan perut hancur terburai namun wajahnya masih utuh sehingga mudah dikenali. Tak ada korban meninggal lainnya disana selain yang menderita luka-luka.

Iblis pun pergi dari rumah Tuhan dengan tertawa dan meninggalkan kurirnya yang terkapar sendirian di dalam masjid. Sementara, manusia lainnya sibuk berhamburan keluar guna menyelamatkan diri atau rekan-rekan lainnya.

Windmill – Berduka atas dibomnya rumah Tuhan.

(

http://kolomkita.detik.com/baca/artikel/3/2515/saat_iblis_bertamu_ke_rumah_tuhan?883306koki)

)

Tuesday, March 01, 2011

Mari Kita Bersyukur....

Begitu memasuki mobil mewahnya, seorang direktur bertanya pada supir pribadinya, "Bagaimana kira-kira cuaca hari ini ?" Si supir menjawab, "Cuaca hari ini adalah cuaca yang saya sukai" Merasa penasaran dengan
jawaban tersebut, direktur ini bertanya lagi, "Bagaimana kamu bisa begitu yakin ?"

Supirnya menjawab, "Begini, pak, saya sudah belajar bahwa saya tak selalu mendapatkan apa yang saya sukai, karena itu saya selalu menyukai apapun
yang saya dapatkan."

Jawaban singkat tadi merupakan wujud perasaan syukur. Syukur merupakan kualitas hati yang terpenting. Dengan bersyukur kita akan senantiasa diliputi rasa damai, tenteram, dan bahagia. Sebaliknya, perasaan tak
bersyukur akan senantiasa membebani kita. Kita akan selalu merasa kurang dan tak bahagia.

Ada dua hal yang sering membuat kita tak bersyukur. Pertama, kita sering memfokuskan diri pada apa yang kita inginkan, bukan pada apa yang kita miliki. Katakanlah Anda sudah memiliki sebuah rumah, kendaraan, pekerjaan
tetap, dan pasangan yang baik. Tapi Anda masih merasa kurang.

Pikiran Anda dipenuhi berbagai target dan keinginan. Anda begitu terobsesi oleh rumah yang besar dan indah, mobil mewah, serta pekerjaan yang mendatangkan lebih banyak uang. Kita ingin ini dan itu. Bila tak mendapatkannya kita terus memikirkannya. Tapi anehnya, walaupun sudah
mendapatkannya, kita hanya menikmati kesenangan sesaat. Kita tetap tak puas, kita ingin yang lebih lagi. Jadi, betapapun banyaknya harta yang kita miliki, kita tak pernah menjadi ''kaya'' dalam arti yang sesungguhnya.

Mari kita luruskan pengertian kita mengenai orang kaya. Orang yang kaya bukanlah orang yang memiliki banyak hal, tetapi orang yang dapat menikmati apapun yang mereka miliki.

Tentunya boleh-boleh saja kita memiliki keinginan, tapi kita perlu menyadari bahwa inilah akar perasaan tak tenteram. Kita dapat mengubah perasaan ini dengan berfokus pada apa yang sudah kita miliki. Cobalah lihat keadaan di sekeliling Anda, pikirkan yang Anda miliki, dan syukurilah. Anda akan merasakan nikmatnya hidup.

Pusatkanlah perhatian Anda pada sifat-sifat baik atasan, pasangan, dan orang-orang di sekitar Anda. Mereka akan menjadi lebih menyenangkan. Seorang pengarang pernah mengatakan, "Menikahlah dengan orang yang Anda
cintai, setelah itu cintailah orang yang Anda nikahi." Ini perwujudan rasa syukur.

Ada cerita menarik mengenai seorang kakek yang mengeluh karena tak dapat membeli sepatu, padahal sepatunya sudah lama rusak. Suatu sore ia melihat
seseorang yang tak mempunyai kaki, tapi tetap ceria. Saat itu juga si kakek berhenti mengeluh dan mulai bersyukur.

Hal kedua yang sering membuat kita tak bersyukur adalah kecenderungan membanding-bandingk an diri kita dengan orang lain. Kita merasa orang lain lebih beruntung. Kemanapun kita pergi, selalu ada orang yang lebih pandai,
lebih tampan, lebih cantik, lebih percaya diri, dan lebih kaya dari kita.

Saya ingat, pertama kali bekerja saya senantiasa membandingkan penghasilan saya dengan rekan-rekan semasa kuliah. Perasaan ini membuat saya resah dan
gelisah. Sebagai mantan mahasiswa teladan di kampus, saya merasa gelisah setiap mengetahui ada kawan satu angkatan yang memperoleh penghasilan di atas saya. Nyatanya, selalu saja ada kawan yang penghasilannya melebihi saya.

Saya menjadi gemar berganta-ganti pekerjaan, hanya untuk mengimbangi rekan-rekan saya. Saya bahkan tak peduli dengan jenis pekerjaannya, yang penting gajinya lebih besar. Sampai akhirnya saya sadar bahwa hal ini tak
akan pernah ada habisnya. Saya berubah dan mulai mensyukuri apa yang saya dapatkan. Kini saya sangat menikmati pekerjaan saya.

Rumput tetangga memang sering kelihatan lebih hijau dari rumput di pekarangan sendiri. Ada cerita menarik mengenai dua pasien rumah sakit jiwa. Pasien pertama sedang duduk termenung sambil menggumam, "Lulu,
Lulu." Seorang pengunjung yang keheranan menanyakan masalah yang dihadapi orang ini. Si dokter menjawab, "Orang ini jadi gila setelah cintanya ditolak oleh Lulu." Si pengunjung manggut-manggut, tapi begitu lewat sel
lain ia terkejut melihat penghuninya terus menerus memukulkan kepalanya di tembok dan berteriak, "Lulu, Lulu". "Orang ini juga punya masalah dengan
Lulu?" tanyanya keheranan. Dokter kemudian menjawab, "Ya, dialah yang akhirnya menikah dengan Lulu."

Hidup akan lebih bahagia kalau kita dapat menikmati apa yang kita miliki. Karena itu bersyukur merupakan kualitas hati yang tertinggi. Saya ingin mengakhiri tulisan ini dengan cerita mengenai seorang ibu yang sedang terapung di laut karena kapalnya karam, namun tetap berbahagia. Ketika
ditanya kenapa demikian, ia menjawab, "Saya mempunyai dua anak laki-laki. Yang pertama sudah meninggal, yang kedua hidup di tanah seberang. Kalau berhasil selamat, saya sangat bahagia karena dapat berjumpa dengan anak
kedua saya. Tetapi kalaupun mati tenggelam, saya juga akan berbahagia karena saya akan berjumpa dengan anak pertama saya di surga."

Oleh: Arvan Pradiansyah

Kata Bijak Hari Ini.

"Mudah saja untuk memiliki kepribadian yang seimbang. Lupakan semua kesulitan semudah Anda mensyukuri berkah Anda."