TwitterTwitter FacebookFacebook FlickrFlickr RSSRSS

Friday, March 26, 2010

Mbak Heni di Acara Uya Emang Kuya

(di posting di websitenya mas Aditya Mulya)

Sabtu kemarin gue dan istri nonton acara “Uya Emang Kuya”. Ini adalah acara di mana Uya dengan jailnya menghipnotis orang dan di sana keluar lah kejujuran-kejujuran yang sebaiknya gak banyak orang tau. Biasanya gue annoyed dengan acara ini karena busuk-busuknya orang suka keluar tanpa perlu.

Tapi episode di Sabtu tanggal 6 Maret kemaren sangat menggugah. jadi korban Uya kali ini adalah seorang wanita berumur 35 bernama mbak Heni. Wanita ini sungguh riang dan bordering kocak dan very-very unassumming. Setidaknya sampai dia dihipnotis.

Ketika Mbak Heni ini dihipnotis oleh Uya baru lah ketauan bahwa dia sebenernya sangat sedih dan sangat merasa bersalah.

“Udah nikah belum?”

“Udah.”

“Suaminya mana kok ke sini sendiri?”

“Saya gak punya suami.”

“Lha, katanya udah nikah?”

“Suami saya meninggal.”

“Berapa lama?”

“4 bulan yang lalu.”

“Sakit apa mbak?”

“Sakit jantung.”

“Udah berapa lama?”

“Dari tahun 2002 dia sakit jantung. Jadinya gak bisa kerja. Jadinya saya yang harus kerja support dia dan kedua anak.”

“Masih sedih gak Mbak?”

“Masih. Saya ngerasa bersalah.”

“Lho kenapa?”

“Soalnya saya pernah ngerasa capek banget. Capek banget kerja. Sampe saya doa agar dia diambil aja sama Yang Maha Kuasa. Abisnya saya udah gak kuat sama cobaan ini. Kemudian suami saya kondisi membaik. Tapi kenapa justru pas dia udah membaik malah dia dipanggil berpulang.” Di sini mbak heni nangis. Gue baru nyadar bahwa orang dihipnotis masih bisa nangis.

“Kejadiannya gimana?”

“Kita lagi makan malem. Dia pergi ke dapur dan tiba-tiba aja serangan jantung. Jatuh. Saya teriak-teriak minta tolong. Tapi dia sudah berpulang.”

“Anak-anak gimana?”

“Keliatannya sih baik-baik aja tapi mungkin aja mendem perasaan seperti saya.”

“Kalo mbak hobinya apa?”

“Nyanyi.”

“Ada lagu favorit mbak?”

“Takkan Tergantinya Marcell. ”

“kenapoa?”

“Karena jadi inget suami saya.”

“Coba nyanyi Mbak.”

Kemudian Mbak Heni nyanyi lagu itu. Dan sambil nangis.

“Tangannya kenapa mbak?”

“Kecelakaan motor.”

“Kapan?”

“Dua bulan yang lalu.”

“Kejadiannya gimana?”

“Diserempet Mikorlet terus gak inget lagi.”

“Lha kok gak inget?”

“Soalnya amnesia. Sampe 3 hari.”

“Wah parah dong. Gimana bisa sembuh Mbak?”

“Waktu di rumah sakit, saya ngeliat suami saya. Dia bilang, mamah jangan sakit. Kasian anak-anak gak ada yang ngerawat. Abis itu saya bangun. Rasanya seperti mimpi tapi saya gak yakin itu mimpi atau bukan.”

Abis itu Uya ngebaik-baikin Mbak Heni dan membangunkan dia. Ketika bangun, Mbak Heni cengar-cengir.

“Wah saya diapain Mas? hehehe, hehehe, hehehe.”

Gue gak bisa percaya sama wanita ini. Ketika dia sadar dia memasang muka yang berani dan tenang padahal masa lalu dia dan hati dia penuh dengan cobaan-cobaan yang menghantam kiri-kanan. Di tinggal suami dengan 2 bocah. Cari uang sana-sini pake motor pula. Sampe kecelakaan. Benar-benar wanita yang tegar.

Bagi gue, Mbak Heni adalah manusia-manusia tegar yang lewat di depan mata kita, yang memapas dengan motor di samping mobil kita. Yang berdiri depan mobil kita di sebuah lampu merah. Yang kita papas saat berteduh di kolong jembatan saat hujan. Yang mungkin rebutan baju sama kita saat belanja di sebuah ITC. Yang mungkin menjual laptop di toko sebelah. Mbak Heni adalah 1 dari manusia-manusia tegar yang memasang muka ikhlas dan riang menghadapi hidup. Air mukanya ringan, tidak membebani mereka yang menatap muka itu.

Bagi gue, Mbak Heni membuat gue merasa kecil. Gue gak mungkin bisa seriang itu jika diberi cobaan yang sama. Mbak Heni membuat letih gue hilang. Ribuan orang seperti mbak Heni menerima cobaan yang lebih berat dari gue. Tidak pada tempatnya bagi gue untuk mengeluh, berkeluh kesah atau bahkan menyerah.

Gue coba google mbak Heni ini kemarin, gak ada yang nulis tentang dia sama sekali. Makanya gue tulis posting ini. Untuk Mbak Heni di luar sana, terima kasih ya Mbak. Sosok pribadi Mbak menjadi panutan saya. Terima kasih sudah mau dirinya ditayangkan di TV nasional dan menjadi inspirasi saya dan mungkin orang lain.

Jabat Erat untuk Mbak.


Mencoba menjadi tegar itu susah, tapi mbak heni bisa melakukannya. Dia bisa menutupi semua masalah yang sedang di hadapi dengan senyuman. Gw salut.

Intinya, hidup tetap harus berjalan.